“Anaknya usia berapa Pak?" Tanya seorang kawan saat melihat foto anak saya terpampang di sisi laptop.
“Oh, 6 tahun Bu," jawab saya, santai.
“Wah udah waktunya punya adik tuh Pak. Kasihan lho kalau sendirian nggak ada temennya," lanjutnya menggebu-gebu.
Saya cuma senyumin aja sambil balik melanjutkan beberapa pekerjaan yang masih mangkrak.
Pertanyaan ini adalah satu dari sekian pertanyaan kehidupan yang mau nggak mau akan kita terima. Mulai dulu jaman kuliah ditanyain kapan lulus dilanjutkan dengan kapan kerja, cuss nggak lama berselang berubah jadi kapan nikah dan seterusnya.
Kebetulan saya sekarang ada di fase pertanyaan kapan nambah anak, jadi ya saya terima-terima aja dengan pertanyaan itu tadi. Ngomong-ngomong kamu sendiri sekarang di fase pertanyaan yang mana nih?
Kembali ke pertanyaan tentang nambah anak, saya pribadi dan...recently, istri pun juga sama-sama sepakat untuk nggak nambah anak. Jadi, ya tampaknya Bio harus terima kenyataan kalau dia jadi anak tunggal.
Kenapa nggak nambah anak? Apa nggak kasihan?
Well, gimana ya...I’m a minimalist.
Hehehe...just kidding. Jadi minimalis nggak ada hubungannya sama jumlah anak. Ada kok minimalis yang punya 6 orang anak dan ya it’s not big deal. Cuma kadang-kadang kalau lagi males njawab, biasanya saya pakai alasan itu.
The truth is, buat saya, anak itu nggak ubahnya seperti amanah dari Allah SWT, yang harus dijaga, dirawat, diajari, diasuh, supaya ia bisa tumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya.
Dan supaya ia bisa tumbuh sesuai fitrahnya itu perlu effort yang luar biasa dan resource yang nggak sedikit.
Saya nggak menyangkal kalau ada kekhawatiran menyangkut faktor finansial di dalam mengasuh dan mendidik anak. Namun, hal yang paling mengkhawatirkan saya adalah soal kewarasan.
Jujur deh, berapa kali kewarasan kita diuji dengan tingkah polah mereka saat mengeksplorasi dunianya?
Saya sendiri bolak-balik gagal waras menghadapi Bio. Apalagi kalau ditambahi satu lagi.
Kan kasihan mereka saat kita, orang tuanya, gagal mempertahankan kewarasan kita saat nemenin mereka main dan belajar. Ya kan?
Tapi tentu saja, itu sih saya.