Teruntuk Kamu Yang Selalu Ingin Dimengerti

Prima

--

Semua orang ingin didengar, dipahami, dan dimengerti. Namun sayangnya kenyataan seringkali tak sejalan dengan harapan.

Hari ini, aku seolah sedang diingatkan kembali tentang alasan-alasan orang tidak memahamiku seperti yang aku mau.

Ceritanya, sore ini Mbak Dina, rekan kerjaku yang super duper sensasional dan heboh itu memintaku untuk tukar tugas dengannya. Kebetulan posisi kami dan tugas kami sama, hanya berbeda area tanggung jawab saja.

Tanpa tedeng aling-aling, Mbak Dina yang lebih senior dariku itu secara sepihak mengganti tugas yang harusnya dia kerjakan, sedangkan dia mengerjakan tugasku. Ya bisa dibilang tukar tugas lah.

Walaupun hati sebel dengan kesemena-menaan itu, tapi kebetulan saya melihat peluang untuk belajar hal baru, jadi ya sudah lah aku iyain. I have nothing to loose, pikirku. Tapi, supaya sama-sama enak, saya minta Mbak Dina mengirimkan email daftar tugas yang mau tukeran ke saya, Cc Bu Rinda…atasan kami.

Mengirim email tentunya bukan pekerjaan sulit kan (harusnya). Tapi ternyata saya keliru.

Bayangan saya sih, email Mbak Dina akan berisi daftar tugas sebelum dan setelah tukeran dalam format excel biasa. Sesederhana membandingkan before & after-nya.

Tapi… . Iya sih ada before & after, tapi yang dikirim itu screenshot-an dan nggak jelas pula before & after-nya seperti apa. Bisa sih kalau dipentelengi baik-baik. Tapi kok ya ruwet amat. Ya kalau outstandingnya dikit. Lah ini, udah posisi lagi cepet-cepetan nyelesaiin laporan karena mau meeting, harus baca email ruwet kaya gitu pula. Berat beib.

Akhirnya, sambil dongkol saya balas lah email itu dan meminta Mbak Dina menuliskan dalam format yang lebih sederhana. Saya jelaskan pula, apa-apanya yang harus ada di email dia.

Ya mangkel aja gitu, udah di awal waktu minta tukeran itu hebohnya minta ampun, giliran disuruh nulis biar jelas apa yang harus dia kerjakan, mana yang harus aku selesaikan, nulisnya model ga jelas gitu.

Maksudku gini, coba lah memahami dari sisi penerima email. Bisa kah email itu dipahami dengan mudah? Bukankah ada ungkapan, mudahkanlah urusan orang lain agar urusanmu dimudahkan. Bukannya mempersulit dengan email ga jelas kaya gini.

Lalu, aku teringat sebuah petuah lama. Ketika orang tak memahamimu seperti yang kamu mau, mungkin itu karena kamu yang sulit dipahami.

Dari kejadian sore tadi sama Mbak Dina ini, saya jadi introspeksi juga. Jangan-jangan cara komunikasi saya selama ini 11/12 dengan Mbak Dina. Kalau iya, harus buru-buru improve nih.

--

--

No responses yet