Ceritanya, blog saya Minimalist Web baru saja saya utak-atik template-nya.
Dari yang menggunakan template premium dengan format 1 kolom, tanpa ruas sisi, menjadi 2 kolom dengan ruas sisi kanan. Setelah memilah-milih template yang sesuai dengan apa yang saya mau, saya kustomisasilah template itu biar pas sama tema blog-nya.
Nah, lalu penyakit lama saya kambuh. Nggak lama setelah ngluthekin template yang makan waktu lumayan itu, rasanya nggak puas dan pengen cari template lain. Dan singkat cerita, saya install template baru, yang tampaknya kece itu. Seketika itu pula, blog saya menjadi nggak karu-karuan penampakannya.
Bisa sih dikustomisasi, tapi ya ngganti ini dan itu kan ya perlu tenaga dan waktu toh ya. Masalahnya, tenaga dan waktu saya buat ngurusin kerjaan dan keluarga aja minus-minus, lah kok ketambahan blog.
Bisa nggak imbang nih kehidupan saya lama-lama. Lah wong sekarang aja udah timpang. Kalau ngluthekin template terus, ya nggak akan ada habisnya. In the end, nggak nulis-nulis dong.
Padahal, kita sama-sama tahu bahwa menulis itu harus dilakukan tiap hari.
Lalu saya ingat kalau saya punya akun di Medium. Saya iseng-iseng tengokin tulisan-tulisan lama saya yang pernah saya publikasikan sebelumnya.
Lumayan nih diterusin, pikir saya.
Dan singkat cerita, saya menulis di Medium.com, sementara sembari menunggu saya mood untuk mbetulin penampakan blog saya yang nggak karu-karuan akibat ulah saya sendiri.
Supaya pembaca Minimalist Web tetap bisa menikmati tulisan-tulisan terbaru saya, saya kelola pengaturan di blog tersebut supaya teralihkan ke blog saya di Medium.
Kelebihan & Kekurangan Ngeblog di Medium
Sebagai platform blogging, sebenarnya Medium menawarkan banyak kemudahan untuk bloger yang ngeblog sebatas karena hobi menulis seperti saya.
Kemudahan untuk mulai menulis tanpa ribet ini lah yang menurut saya, poin plus Medium sebagai platform blog.
Kita bisa menulis lewat gawai dengan terlebih dahulu mengunduh aplikasinya, atau melalui komputer/laptop dengan mengakses situs resmi Medium.
Walaupun demikian, tentunya ada beberapa keterbatasan ngeblog di Medium dibandingkan dengan ngeblog di blog pribadimu. Terutama dari sisi kustomisasi dan personalisasi tampilan blog.
Ibarat orang dagang. Berjualan di toko sendiri dengan menyewa lapak/tenan di pasar kan ya nggak sama toh.
Kalau toko sendiri, mau tokonya dimodel seperti apa pun mah, bebas. Di pasar kan nggak bisa kaya gitu. Ada batasan-batasanya.
Kira-kira seperti itulah gambaran Medium dibandingkan blog pribadi.
Menurut saya, Medium ini cocok untuk kamu yang:
- Niatnya cuma nulis
- Ogah ribet sama tetek-bengeknya perawatan blog
Apakah Medium adalah platform terbaik untuk ngeblog? Tergantung kamu.