Hidup itu dinamis. Kalau statis ya bukan hidup namanya bukan?
Membahas tentang perubahan, bagaimana kabar kalian dengan perubahan drastis dan mendadak akibat Covid-19? Semoga kita semua mampu menjalani perubahan-perubahan ini dengan baik ya.
Tidak semua perubahan itu nyaman dijalani, tapi mengingat opsi yang tersisa sudah tak banyak lagi, jadi ya sudah...jalani saja sepenuh hati.
Resolusi Awal Tahun
Nggak terasa ya, tahun ini sudah tinggal 4 bulan lagi. Apa kabarnya nih resolusi kalian tahun ini?
Tetep lanjut, lanjut dengan penyesuaian, atau...terpaksa batal?
Salah satu rencana saya tahun ini adalah travelling mengunjungi Negeri Matahari Terbit bersama keluarga. Tiket sudah di tangan, ijin cuti sudah di genggaman, tinggal mengurus visa.
Namun, apa daya...karena pandemi yang datang tak diundang ini, mau nggak mau saya terpaksa membatalkan rencana keberangkatan kami.
Sedih memang, tapi mungkin ini adalah yang terbaik bagi saya dan keluarga. Lagipula, bukankah sebaik-baiknya rencana adalah rencana rancangan Tuhan?
Selain travelling, kami juga punya rencana lain untuk mulai menjalankan bisnis kosan kami. Ya, hitung-hitung sebagai penambah penghasilan dan ban serep kami dari sisi finansial.
Rencana itu pun tampaknya juga terpaksa kami tunda realisasinya, mengingat banyak sekolah libur, karyawan juga banyak yang bekerja dari rumah.
Karena itulah, rasanya kok kurang bijak memaksakan merealisasikan rencana tersebut.
Ada yang batal, ada yang disesuaikan, ada juga rencana baru yang kami buat dengan mempertimbangkan kondisi saat ini.
Memilih Prioritas
Dengan perubahan-perubahan rencana itu, ditambah bobot pekerjaan yang makin menggila dan memaksa kami semua untuk do more with less, pada akhirnya membuat saya harus bijak memilih prioritas aktivitas.
Aktivitas-aktivitas yang tidak sejalan dengan kondisi saat ini, mau tidak mau harus saya batasi, bahkan hentikan sementara (entah sampai kapan), salah satunya, ngeblog.
Menulis di blog, kegiatan yang sudah saya jalani sejak akhir 2016 ini terpaksa harus saya parkir dulu.
Termasuk meninggalkan komunitas blog 1m1c yang sudah seperti rumah kedua bagi saya selama ini.
Keseruan memamerkan postingan-postingan terbaru, mencari ide tulisan agar bisa diposting dan selamat dari eksekusi 'tendangan maut' gegara absen posting 6x berturut-turut (eh, 5 apa 6 ya).
Berat sih, tapi itulah perubahan. Tidak ada orang yang benci perubahan, mereka hanya benci disuruh berubah.
Ya saya juga benci harus pergi dari 1m1c tapi saya harus memilih.
Kebetulan saya bukan orang dengan intelegensi tinggi yang bisa mengerjakan atau memikirkan banyak hal sekaligus. Jadi, ya saya tahu diri lah.
Ini hanyalah sebuah babak baru yang harus saya jalani. Kebetulan, untuk menjalaninya, saya perlu memilih apa yang harus saya keep dan apa yang harus left behind.